Arsip Bulanan: Maret 2019

Kenali Tuna Grahita (ABK)

KENALI TUNAGRAHITA

Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk tunagrahita ialah sebutan untuk anak dengan hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas dan kuantitas.
Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat ganda. Seseorang yang mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu. Istilah cacat ganda yang digunakan karena adanya cacat mental yang dibarengi dengan cacat fisik. Misalnya cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat mata). Ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran.
Namun, tidak semua anak tunagrahita memiliki cacat fisik. Contohnya pada tunagrahita ringan. Masalah tunagrahita ringan lebih banyak pada kemampuan daya tangkap yang kurang. Secara global pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada kemampuan yang maksimal.

Penyebab dan Penanganan
Berbagai istilah yang dikemukakan mengenai tunagrahita, selalu menunjuk pada keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum berada di bawah usia kronologisnya secara meyakinkan sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus.
Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga hal berikut, yaitu: keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum di bawah rata-rata, disertai ketidakmampuan dalam perilaku adaptif, dan terjadi selama periode perkembangan (sampai usia 18 tahun).
Ketunagrahitaan dapat disebabkan oleh faktor keturunan dan bukan keturunan. Faktor keturunan kerusakannya pada sel keturunan seperti kerusakan kromosom, gen, dan salah satu atau kedua orangtua menderita kelainan atau hanya sebagai pembawa sifat. Faktor di luar sel keturunan, di antaranya karena faktor kekurangan gizi, kecelakaan (trauma kepala) , dan gangguan metabolisme.
Alternatif pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya: mengadakan penyuluhan genetik, pemeriksaan kesehatan terutama pada saat ibu hamil, sanitasi lingkungan, imunisasi, intervensi dini, dan sebagainya.
Untuk memudahkan dalam memberikan layanan pendidikan, anak tunagrahita diklasifikasi-kan: tunagrahita ringan (mild mental retardation), tunagrahita sedang (moderate mental retardation), tunagrahita berat (severe mental retardation), dan tunagrahita sangat berat (profound mental retardation).

Karakteristik
Secara umum karakteristik anak tunagrahita ditinjau dari segi akademik, sosial/emosional, fisik/kesehatan. Di samping perlu pula ditinjau berat dan ringannya ketunagrahitaan, sehingga perlu dibahas karakterirtik tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat dan sangat berat.
Pemahaman karakteristik sangat penting karena dapat menentukan layanan pendidikan bagi tiap jenis anak tunagrahita. Misalnya materi pelajaran bagi anak tunagrahita ringan lebih tinggi jika dibandingkan dengan materi pelajaran bagi anak tunagrahita sedang, berat, dan sangat berat.
Ciri-ciri /karakteristik yang dapat dijadikan patokan dalam mendeteksi ketunagrahitaan terutama pada masa sekolah penting dikenal oleh guru karena kebanyakan dari mereka langsung masuk ke sekolah biasa. Biasanya anak yang ke sekolah umum tergolong tunagrahita ringan karena tidak memperlihatkan ciri-ciri khusus dalam segi fisik. Ciri ketunagrahitaan barulah diketahui pada saat ia duduk di kelas IV SD karena di kelas sebelumnya ia dapat mengikuti pelajaran seperti anak normal dalam menyanyi, bermain dan kerja.

Sekolah Luar Biasa (SLB)-
Klinik Psikologi & Terapi Anak Berkebutuhan Khusus
CAHAYA NURANI
Jl. Rumah Sakit Islam Palu-Sulawesi Tengah
HP/WA : 081233071254-08114535808

Kenali Cerebral Palsy

KENALI CELEBRAL PALSY

Cerebral palsy adalah kelainan gerakan, tonus otot atau postur yang disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada otak yang belum matang dan berkembang, paling sering sebelum kelahiran.
Seperti dilansir Mayo Clinic, tanda dan gejala cerebral palsy muncul selama masa bayi atau prasekolah. Secara umum, cerebral palsy menyebabkan gangguan pergerakan yang terkait dengan refleks abnormal, floppiness atau rigiditas pada tungkai dan badan, postur abnormal, gerakan tak terkendali, berjalan tidak stabil, atau kombinasi dari semuanya.
Penderita cerebral palsy mungkin memiliki masalah menelan dan umumnya memiliki ketidakseimbangan otot mata, di mana mata tidak fokus pada objek yang sama. Orang-orang dengan cerebral palsy juga mungkin menderita berkurangnya rentang gerak di berbagai sendi tubuh mereka karena kekakuan otot.
Efek cerebral palsy pada kemampuan fungsional sangat bervariasi. Beberapa orang yang terkena dampak dapat berjalan sementara yang lain tidak. Beberapa orang menunjukkan kemampuan intelektual normal atau hampir normal, tetapi yang lain mungkin memiliki cacat intelektual. Epilepsi, kebutaan, atau tuli juga mungkin ada.
Gejala Cerebral Palsy
Bayi dengan cerebral palsy berat sering memiliki masalah dengan postur mereka. Tubuh mereka mungkin sangat lentur atau sangat kaku. Cacat lahir kadang-kadang terjadi bersama dengan terjadinya kelainan perkembangan otak ini. Contoh cacat lahir termasuk cacat tulang belakang yang tidak memiliki bentuk normal, tulang rahang kecil atau kepala kecil (mikrosefali).
Masalah yang menyebabkan cerebral palsy memang tidak bertambah buruk dari waktu ke waktu. Tetapi gejala cerebral palsy yang baru muncul dapat menjadi lebih buruk ketika anak semakin bertumbuh besar. Inilah sebabnya mengapa beberapa bayi yang lahir dengan cerebral palsy tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas dengan segera. Cerebral palsy pada orang dewasa bisa menyebabkan adanya tekanan mental yang cukup berat atau yang biasa disebut dengan depresi. Cerebral palsy pada orang dewasa membutuhkan dukungan moral yang intensif dari keluarga dan orang-orang di sekitar agar depresi tidak menjadi semakin parah.
Tanda dan gejala cerebral palsy dapat sangat bervariasi. Masalah gerakan dan koordinasi yang terkait dengan cerebral palsy mungkin termasuk:
Variasi dalam tonus otot, seperti terlalu kaku atau terlalu lemas
Otot-otot yang kaku dan refleks yang berlebihan (kelenturan)
Otot-otot kaku dengan refleks normal (kekakuan)
Kurangnya koordinasi otot (ataksia)
Tremor atau gerakan tak sadar
Gerakan yang lambat dan menggeliat (athetosis)
Keterlambatan dalam mencapai tonggak keterampilan motorik, seperti mendorong lengan, duduk sendirian atau merangkak
Memihak satu sisi tubuh, seperti meraih hanya dengan satu tangan atau menyeret kaki sambil merangkak
Kesulitan berjalan, seperti berjalan dengan jari kaki, gaya berjalan berjongkok, gaya berjalan seperti gunting dengan persilangan lutut, gaya berjalan lebar, atau gaya berjalan asimetris
Air liur berlebihan atau masalah dengan menelan
Kesulitan mengisap atau makan
Keterlambatan perkembangan bicara atau kesulitan berbicara
Kesulitan dengan gerakan yang tepat, seperti mengambil krayon atau sendok
Kejang
Kecacatan yang terkait dengan cerebral palsy mungkin terbatas terutama pada satu anggota badan atau satu sisi tubuh, atau mungkin memengaruhi seluruh tubuh.
Gangguan otak yang menyebabkan cerebral palsy tidak berubah seiring waktu, sehingga gejalanya biasanya tidak memburuk dengan bertambahnya usia. Namun, pemendekan otot dan kekakuan otot dapat memburuk jika tidak ditangani secara agresif.
Kelainan otak yang berhubungan dengan cerebral palsy juga dapat berkontribusi pada masalah neurologis lainnya. Orang dengan cerebral palsy juga mungkin memiliki:
Kesulitan dengan penglihatan dan pendengaran
Kecacatan intelektual
Kejang
Sentuhan abnormal atau persepsi nyeri
Penyakit mulut
Kondisi kesehatan mental (psikiatris)
Inkontinensia urine
Penyebab Cerebral Palsy
Telah dijelaskan di atas bahwa cerebral palsy adalah salah satu penyebab paling umum dari kecacatan yang terjadi pada anak-anak. Biasanya, adanya kelainan ini pada anak dapat terdeteksi saat anak mulai berusia 3 tahun. Penyebab cerebral palsy adalah cedera otak atau masalah yang terjadi selama kehamilan, kelahiran atau dalam usia 2-3 tahun kehidupan seorang anak.
Berikut penyebab cerebral palsy lainnya:
Masalah kelahiran prematur
Tidak cukup darah, oksigen, atau nutrisi lain sebelum atau selama kelahiran
Cedera kepala yang serius
Infeksi serius yang dapat memengaruhi otak, seperti meningitis
Beberapa masalah menurun daru orangtua ke anak (kondisi genetik) yang memengaruhi perkembangan otak.
Dalam banyak kasus, penyebab cerebral palsy pasti dari kondisi kelainan perkembangan otak ini tidak diketahui. Semua orang dengan kondisi seperti ini memiliki masalah dengan gerakan tubuh dan postur. Bahkan, beberapa orang yang mengalami kondisi ini menjadi sedikit pincang atau sulit berjalan.
Beberapa pasien lain sedikit atau tidak ada kontrol lengan dan kaki mereka atau bagian lain dari tubuh, seperti mulut dan lidah, yang dapat menyebabkan masalah makan dan berbicara. Orang yang memiliki bentuk parah dari cerebral palsy lebih cenderung memiliki masalah lain, seperti kejang atau cacat intelektual.
Bila anda memiliki anak penyandang Celebral Palsy, bawa dan konsultasikan kepada kami :
Klinik Psikologi & Anak Berkebutuhan Khusus
CAHAYA NURANI
Jl. Rumah Sakit Islam Palu-Sulawesi Tengah
HP/WA : 081233071254-08114535808

Down Sindrom

KENALI SINDROM DOWN DAN PENANGANANNYA

Sindrom Down adalah gangguan genetika paling umum yang menyebabkan perbedaan kemampuan belajar dan ciri-ciri fisik tertentu. Sindrom Down tidak bisa disembuhkan, namun dengan dukungan dan perhatian yang maksimal, anak-anak dengan sindrom Down bisa tumbuh dengan bahagia.

Gejala Sindrom Down
Gejala sindrom Down pada anak-anak adalah memiliki beberapa ciri fisik yang mirip, namun mereka tidak sama persis karena ada faktor keturunan dari orang tua dan keluarga masing-masing.

Anak-anak dengan sindrom Down membutuhkan bimbingan seperti anak normal lainnya atau bahkan lebih. Perkembangan mereka dalam berbagai aspek memerlukan waktu, dan mereka akan menjalaninya bertahap, sesuai dengan kemampuan mereka.

Penyebab Sindrom Down
Normalnya terdapat 46 kromosom dalam sel seseorang yang diwariskan, yakni masing-masing 23 kromosom dari ayah dan ibu, namun kebanyakan orang dengan sindrom Down memiliki 47 kromosom. Perkembangan tubuh dan kinerja otak akan berubah jika terdapat kromosom ekstra atau tidak normal, dan itulah yang menjadi penyebab sindrom Down.

Banyak yang menganggap bahwa sindrom ini hanya terjadi karena faktor keturunan. Padahal kelainan dalam proses perkembangan telur, sperma dan embrio merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kondisi ini.

Para ahli tidak tahu penyebab kelainan genetika yang terjadi pada penderita sindrom Down, namun ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko memiliki bayi dengan sindrom Down, di antaranya:

1. Jika Anda telah memiliki bayi lain dengan sindrom Down.
2. Jika Anda memiliki adik atau kakak dengan sindrom Down.
3. Jika wanita hamil di usia 35 tahun ke atas.

Diagnosis dan Perawatan Sindrom Down
Ada pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mencari tahu risiko terkena sindrom Down pada bayi di dalam kandungan, yaitu dengan pemeriksaan antenatal melalui tes darah dan tes USG. Jika pemeriksaan antenatal menunjukkan adanya risiko yang cukup signifikan, ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis Sindrom Down sebelum bayi lahir antara lain melalui prosedur amniocentesis, cordocentesis atau penyampelan vilus korionik. Selain mendiagnosis sindrom Down sebelum bayi lahir, tes darah bisa dilakukan setelah persalinan untuk mengonfirmasi kondisi ini.

Sindrom Down tidak bisa disembuhkan, namun ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk membantu seseorang dengan sindrom Down agar mendapatkan kehidupan yang sehat, aktif, dan mandiri.

Komplikasi Sindrom Down
Anak-anak dengan sindrom Down bisa mengalami masalah kesehatan yang berbeda-beda dan akan membutuhkan perawatan medis serta perhatian ekstra.

Pria dan wanita dengan sindrom Down cenderung memiliki tingkat kesuburan yang berkurang. Meski sulit, namun bukan berarti mereka tidak bisa memiliki anak.

Beberapa komplikasi kesehatan yang dapat terjadi di antaranya masalah pencernaan, demensia, masalah penglihatan, leukemia, gangguan jantung, lebih rentan terhadap infeksi, masalah kelenjar tiroid, masalah pendengaran, obesitas, kejang, masalah kulit, menopause dini dan henti napas saat tidur (sleep apnea).

Bila anda memiliki anak sindrom down, bawa dan konsultasikan kepada kami :
Klinik Psikologi & Anak Berkebutuhan Khusus
CAHAYA NURANI
Jl. Rumah Sakit Islam Palu-Sulawesi Tengah
HP/WA : 081233071254-08114535808

DDTK PAUD

DETEKSI DINI 7 GANGGUAN TUMBANG BALITA

Melakukan deteksi dini terhadap tumbuh kembang anak (Balita) sangat penting dilakukan orang tua. Semakin cepat mengetahui hambatan atau gangguan tumbuh kembang sang buah hati akan lebih baik agar kita segera melakukan langkah-langkah penanganannya. Perkembangan dan tumbuh kembang anak perlu kita pantau secara terus menerus. Anak yang cedas adalah harapan setiap orang tua. Orang tua selalu berharap agar anaknya dapat tumbuh sehat. Berikut 7 gangguan tumbuh kembang anak yang perlu kita ketahui :

1. Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan berbicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.

2. Cerebral palsy Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.

3. Sindrom Down Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang menjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang lebih. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.

4. Perawakan pendek Penyababnya dapat karena variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.

5. Gangguan autism Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

6. Retardasi mental Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah ( IQ<70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.

7. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ( GPPH ) Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.